Langsung ke konten utama

Arab Ngibul! Anies Ditanya Soal BPJS Tapi Jawabnya Muter-muter Kayak Benang Kusut


Anies. (Foto: Ist)

Jakarta –  Karakter seseorang itu sulit diubah kalau memang sudah terbentuk dari sejak dulu. Misalnya seorang Anies Baswedan, yang dari sejak menjadi Rektor di Paramadina hingga saat ini, yang menjadi ciri khasnya adalah omdo alias omong doang.

Permainan retorika Anies dulu begitu lihai, namun sepandai-pandainya tupai meloncat akhirnya terjatuh juga. Semakin seringnya Anies tampil di publik dengan omongannya yang berkelok-kelok atau berliuk-liuk, maka rakyat pun semakin sadar dan jelas bahwa Anies memang hanya banyak omong, terlalu banyak teori, ngaku banyak gagasan tetapi ternyata nol besar, tidak jauh beda dengan rumah DP nol rupiah ternyata bukan program rakyat yang seharusnya.

Jadi saat Anies menjabat Gubernur di DKI, ternyata tidak banyak yang bisa dia kerjakan, dan karena dia terpaksa harus tampak berprestasi maka ia pun membuat hal-hal yang dianggap sebagai prestasi, misalnya mengubah nama jalan, lalu rumah sakit diubah menjadi rumah sehat, dan ini artinya Anies memang hanya ahli di tata kata bukan tata kota.

Begitulah gambaran Anies yang ada di masyarakat. Dan warga Jakarta yang dulu pernah memilih Anies pasti sangat menyesal, apalagi misalnya yang dulu berharap tidak kena gusur ternyata digusur juga, atau mereka yang dulu dijanjikan modal usaha ternyata Cuma prank, pastilah kecewa berat.

Anies berusaha untuk maju di arena pilpres karena kemungkinan Anies merasa bahwa namanya hanya buruk di Jakarta saja tetapi tidak di daerah lain, maka masih bisa ada peluang untuk menang. Apalagi Anies masih berharap akan banyak kadrun di daerah lain sehingga akan memilihnya.

Anies masih bisa ngibulin rakyat yang tidak pernah mengetahui soal Jakarta misalnya mungkin di Aceh, Jawa Barat, Banten yang agak pedalaman, Sulawesi, dan sederet daerah yang dianggap tidak tahu menahu soal kinerja Anies di Jakarta.

Anies mungkin berharap bahwa rakyat di daerah luar Jakarta itu hanya tahu bahwa kalau sudah jadi Gubernur Jakarta maka akan naik lagi jadi Presiden, apalagi kan Jokowi dari posisi Gubernur Jakarta lalu naik jadi Presiden. Mungkin begitu cara pikirnya Anies dan karena itulah ia semangat sekali melakukan pencitraan dimana-mana, bahkan akting dengan seorang kakek yang cara nangisnya sangat lucu, kurang mendalami tangisannya.

Ada video yang baru-baru ini menyebar tentang Anies yang menggambarkan karakter Anies yang hanya banyak omong alias berkata-kata dan tidak jelas jawabannya kalau ditanya. Dan ini artinya Anies memang banyak omong alias kalau ditanya jawabannya muter-muter dulu dan akhirnya publik tidak akan paham.

Dalam video itu Anies ditanya soal BPJS, “Bagaimana tentang BPJS pak. Apakah BPJS ini akan dikurangi ataukah dinaikkan dan bagaimana manfaatnya untuk masyarakat luas.” Begitu pertanyaan si penanya kepada Anies yang sudah siap di podium.

Dan apa jawab Anies? Begini jawabnya :

“BPJS, ini salah satu respon bidang kesehatan yang kita ingin eh perbaiki pak, jadi jangan hanya fokus pada ujungnya, kuratifnya, tapi justru promotif preventifnya itu harus hidup, dimana perhatikan kesehatan sejak dalam kandungan itu penting, perhatikan kepada ibu hamil, pasokan nutrisi ibu hamil itu mendasar sekali karena itu menentukan, secara pertumbuhan anak ketika bayi itu lahir kemudian usia dini dewasa baru nanti ketika kita bicara perjalanan hidup menjelang usianya lanjut disitulah mulai isu tentang kuratif itu makin dominan. Nah, kita sering kali hanya memperhatikan aspek di ujung kuratifnya pak.....”

Jawaban Anies apakah bisa dipahami oleh si penanya? Padahal jawabannya harus tegas saja dan simple, tidak muter-muter gitu.

Kalau tidak setuju BPJS bilang aja tidak setuju dan akan diganti dengan program apa gitu. Tetapi yah, Anies memang tidak punya program dan kalau ada tidak akan pernah bisa dieksekusi. Maka bagaimana mau jadi presiden, konsep perubahan yang diusungnya saja tidak jelas apa yang mau diubahnya.

Anies itu ingin menggambarkan bahwa pemerintahan Jokowi saat ini adalah pemerintahan zolim maka karena itu harus diganti dan diubah. Jadi sepertinya Anies ingin mengulang kembali apa yang sudah dilakukannya di Jakarta dulu saat menggulingkan Ahok. Tapi kali ini Anies menemukan medan yang berbeda, levelnya nasional.

Anies tetaplah Anies, orang yang ahli tata kata dan muter-muter, putarannya lebih ribet daripada es puter. Anies bukan bukan ahli tata kota apalagi menata Indonesia yang sangat mejemuk ini. Anies hanyalah seorang pemain kata-kata atau retorika yang tidak akan pernah bisa memahami permasalahan rakyat, karena Anies hanya mengejar kekuasaan daripada kepentingan rakyat.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demi Keadilan dan Terang Benderang, Adi Prayitno: Bawaslu Harus Usut Utang Kampanye Anies Rp 50 Miliar!

Anies. (Foto: Ist) Jakarta  – Direktur Eksekutif Parameter Indonesia Adi Prayitno meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengusut utang kampanye Anies Baswedan saat pilgub 2017 yang jumlahnya sekitar Rp 50 miliar. Pasanya, dana kampanye sebagai peserta pemilu, pasangan calon presiden dan wakil presiden ataupun partai politik diberi hak menerima sumbangan dana kampanye yang tidak mengikat perorangan. Dan tidak boleh melebihi 2,5 miliar rupiah atau yang berasal dari    kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah yang tidak boleh melebihi 25 miliar rupiah. “Secara regulatif ataupun secara etik politik perlu ditelusuri,” kata Adi kepada wartawan, Jum’at (24/2). Adi menjelaskan, aturan sumber dana kampanye telah tercantum dalam Pasal 326 UU Pemilu berpotensi merugikan hak konstitusionalnya. “Rp 50 miliar itu di dalam undang-undang tidak boleh karena melebihi jumlah batas maksimal. Kalau atas nama perusahaan dia gak boleh lebih dari Rp 50 juta. Ini Rp50 miliar atas nama apa? It

Harapan Anies Pupus Geh! Resmi Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Sebut Recana Duet Anies dengan Ganjar Tak Cocok

Anies. (Foto: Ist) Jakarta – Ketum Prabu Budiman Sudjatmiko mengunjungi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023) malam. (Suara.com/Novian) Wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Pilpres 2024 makin santer terdengar. Menurut Mantan politisi PDIP yang kini mendukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko menyebut keduanya tak cocok dipasangkan. Dalam podcast Merry Riana Sabtu, 26 Agustus 2023, Budiman menyebut alasannya karena nilai-nilai yang dipegang Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sangat berbeda. “Bagi saya, itu persoalannya bukan lagi organisasional dan politis. Itu bahkan lebih pada soal nilai-nilai yang berbeda ya,” ungkapnya di podcast dilansir dari hops.id. Menurutnya bila duet itu terjadi ia akan lebih bersedih dan akan lebih baik maju terpisah, bersama kelompok masing-masing. “Ya, valuenya berbeda ya. Biarkan Pak Anies dengan kubunya sendiri, dengan kelompok-kelompoknya sendiri,” kata

Sengit! Dukung Anies Sebagai Bapak Politik Identitas, Partai Ummat Preteli Bantahan Koalisi Perubahan!

Dukung Anies Bapak Politik Identitas, Partai Ummat rampok simpatisan Koalisi Perubahan. (Foto: Ist) Jakarta  – Dukung Anies Bapak Politik Identitas, Partai Ummat preteli Koalisi Perubahan justru berkomitmen sebaliknya. Dukungan Partai Ummat pada Anies sebagai Bapak Politik Identitas membuat koalisi perubahan kehilangan arah narasi dalam kampanye. Partai Ummat dukung Anies sebagai Bapak Politik Identitas membuat narasi Koalisi Perubahan sejak Oktober 2022 menjadi mentah percuma. Pengamat Adi Prayitno menilai Koalisi Perubahan yang takut berhadapan dengan pemerintah, kini justru diambil alih Partai Ummat. Sebagai partai baru, Partai Ummat mencuri suara simpatisan Nasdem, Demokrat, dan PKS dalam mewakili kelompok perlawanan. Bukan mustahil, dukungan Partai Ummat pada Anies dan sikapnya pada politik identitas yang tegas membuat elektabilitas Nasdem, Demokrat dan PKS tergerus habis jadi gelandangan politik