Anies. (Foto: Ist)
Jakarta – Karakter seseorang itu sulit diubah kalau memang sudah terbentuk dari sejak dulu. Misalnya seorang Anies Baswedan, yang dari sejak menjadi Rektor di Paramadina hingga saat ini, yang menjadi ciri khasnya adalah omdo alias omong doang.
Permainan retorika Anies dulu begitu lihai, namun sepandai-pandainya tupai meloncat akhirnya terjatuh juga. Semakin seringnya Anies tampil di publik dengan omongannya yang berkelok-kelok atau berliuk-liuk, maka rakyat pun semakin sadar dan jelas bahwa Anies memang hanya banyak omong, terlalu banyak teori, ngaku banyak gagasan tetapi ternyata nol besar, tidak jauh beda dengan rumah DP nol rupiah ternyata bukan program rakyat yang seharusnya.
Jadi saat Anies menjabat Gubernur di DKI, ternyata tidak banyak yang bisa dia kerjakan, dan karena dia terpaksa harus tampak berprestasi maka ia pun membuat hal-hal yang dianggap sebagai prestasi, misalnya mengubah nama jalan, lalu rumah sakit diubah menjadi rumah sehat, dan ini artinya Anies memang hanya ahli di tata kata bukan tata kota.
Begitulah gambaran Anies yang ada di masyarakat. Dan warga Jakarta yang dulu pernah memilih Anies pasti sangat menyesal, apalagi misalnya yang dulu berharap tidak kena gusur ternyata digusur juga, atau mereka yang dulu dijanjikan modal usaha ternyata Cuma prank, pastilah kecewa berat.
Anies berusaha untuk maju di arena pilpres karena kemungkinan Anies merasa bahwa namanya hanya buruk di Jakarta saja tetapi tidak di daerah lain, maka masih bisa ada peluang untuk menang. Apalagi Anies masih berharap akan banyak kadrun di daerah lain sehingga akan memilihnya.
Anies masih bisa ngibulin rakyat yang tidak pernah mengetahui soal Jakarta misalnya mungkin di Aceh, Jawa Barat, Banten yang agak pedalaman, Sulawesi, dan sederet daerah yang dianggap tidak tahu menahu soal kinerja Anies di Jakarta.
Anies mungkin berharap bahwa rakyat di daerah luar Jakarta itu hanya tahu bahwa kalau sudah jadi Gubernur Jakarta maka akan naik lagi jadi Presiden, apalagi kan Jokowi dari posisi Gubernur Jakarta lalu naik jadi Presiden. Mungkin begitu cara pikirnya Anies dan karena itulah ia semangat sekali melakukan pencitraan dimana-mana, bahkan akting dengan seorang kakek yang cara nangisnya sangat lucu, kurang mendalami tangisannya.
Ada video yang baru-baru ini menyebar tentang Anies yang menggambarkan karakter Anies yang hanya banyak omong alias berkata-kata dan tidak jelas jawabannya kalau ditanya. Dan ini artinya Anies memang banyak omong alias kalau ditanya jawabannya muter-muter dulu dan akhirnya publik tidak akan paham.
Dalam video itu Anies ditanya soal BPJS, “Bagaimana tentang BPJS pak. Apakah BPJS ini akan dikurangi ataukah dinaikkan dan bagaimana manfaatnya untuk masyarakat luas.” Begitu pertanyaan si penanya kepada Anies yang sudah siap di podium.
Dan apa jawab Anies? Begini jawabnya :
“BPJS, ini salah satu respon bidang kesehatan yang kita ingin eh perbaiki pak, jadi jangan hanya fokus pada ujungnya, kuratifnya, tapi justru promotif preventifnya itu harus hidup, dimana perhatikan kesehatan sejak dalam kandungan itu penting, perhatikan kepada ibu hamil, pasokan nutrisi ibu hamil itu mendasar sekali karena itu menentukan, secara pertumbuhan anak ketika bayi itu lahir kemudian usia dini dewasa baru nanti ketika kita bicara perjalanan hidup menjelang usianya lanjut disitulah mulai isu tentang kuratif itu makin dominan. Nah, kita sering kali hanya memperhatikan aspek di ujung kuratifnya pak.....”
Jawaban Anies apakah bisa dipahami oleh si penanya? Padahal jawabannya harus tegas saja dan simple, tidak muter-muter gitu.
Kalau tidak setuju BPJS bilang aja tidak setuju dan akan diganti dengan program apa gitu. Tetapi yah, Anies memang tidak punya program dan kalau ada tidak akan pernah bisa dieksekusi. Maka bagaimana mau jadi presiden, konsep perubahan yang diusungnya saja tidak jelas apa yang mau diubahnya.
Anies itu ingin menggambarkan bahwa pemerintahan Jokowi saat ini adalah pemerintahan zolim maka karena itu harus diganti dan diubah. Jadi sepertinya Anies ingin mengulang kembali apa yang sudah dilakukannya di Jakarta dulu saat menggulingkan Ahok. Tapi kali ini Anies menemukan medan yang berbeda, levelnya nasional.
Anies tetaplah Anies, orang yang ahli tata kata dan muter-muter, putarannya lebih ribet daripada es puter. Anies bukan bukan ahli tata kota apalagi menata Indonesia yang sangat mejemuk ini. Anies hanyalah seorang pemain kata-kata atau retorika yang tidak akan pernah bisa memahami permasalahan rakyat, karena Anies hanya mengejar kekuasaan daripada kepentingan rakyat.
Komentar
Posting Komentar