Skakmat Geh! Faldo Maldini Balas Kritik Anies Wes-Edan: Kalau Anda Menawarkan Perubahan, Caranya Piye?
Anies. (Foto: Ist)
Jakarta – Staf Khusus Sekretaris Negara Faldo Maldini membalas kritikan dari bakal calon presiden (bacapres) koalisi perubahan, Anies Baswedan.
Baginya, Eks Gubernur DKI
Jakarta itu tidak pernah menawarkan solusi perubahan.
Awalnya, Faldo menyoroti
kritikan Anies Baswedan dalam berbagai kesempatan pidatonya di hadapan publik.
Namun, dia tidak pernah
mendengar Anies memberikan solusi atas kritikannya tersebut.
“Di pidato beliau bicara
bagaimana mafia hukum, mafia tanah, mafia blablabla ingin diberantas. Saya kira
siapa pun yang ingin menjadi presiden akan begitu. Tentu kita akan bertanya
nih, bagaimana caranya Pak Anies? Bagaimana caranya itu?,” kata Faldo di Kantor
Populi Center, Jakarta, Senin (29/5/2023).
Dia pun menyoroti salah
satu kritik Anies terhadap pemerintah mengenai pembangunan jalan yang hanya
difokuskan kepada jalanan berbayar.
Dia mengklaim sejatinya
banyak masyarakat yang sanggup untuk membayar.
“Kita lihat ini dalam
pembangunan jalan yang kita lihat misalnya jalan tol salah satu program yang
mendapatkan kepuasan yang tidak rendah. Bahkan cenderung tinggi. Itu karena
apa? Karena masyarakat mampu bayar. Bukan masalah bikin jalan gratis, tapi
bagaimana dibikinin infrastruktur orang bisa bayar,” jelas Faldo.
Faldo juga membalas kritik
Anies Baswedan terkait pembangunan infrastruktur yang diniali tidak
berkeadilan.
Dia pun meminta Eks
Mendikbud RI itu melihat pembangunan di sekitar jalan tol Jakarta-Cikampek.
“Coba temen temen lewat
karawang dikit lewat Cikampek, itu ada 3 layer jalan tol, habis itu LRT, abis
itu kereta cepat Jakarta-Bandung gitu. Itu kan sebuah pemandangan yang kami
kira tidak lazim tentang persepektif pembangunan infrastruktur yang sering
dkritik tidak berkeadilan,” ungkap Faldo.
Tak hanya pembangunan
jalan, Faldo mengklaim Presiden Jokowi juga telah memperbaiki penegakan hukum
yang selama ini menjadi sorotan koalisi perubahan untuk persatuan.
“Pak Jokowi sudah
dilihatkan juga di survei ada reorkestrasi intitusi penegak hukum yang selama
ini tingkat korupsi berat di KPK, kali ini Kejaksaan mulai kuat. BPK mulai
berperan, terus juga polisi mulai berperan. Jadi caranya pak, caranya itu
adalah sinkronisasi intitusi penegak hukum,” beber Faldo.
Oleh sebab itu, Politikus
PSI itu pun membalas agar Anies Baswedan untuk banyak berbicara mengenai program
apa yang akan ditawarkan dari koalisi perubahan.
“Ketika Anda menawarkan,
misalkan Pak Anies Baswedan misalnya, menawarkan perubahan, perubahan macam apa
dan caranya piye gitu loh. Karena orang akan bertanya ketika anda bilang
ekonomi tidak adil, Indonesia terpusat di Jawa dan Pak Anies juga melanjutkan.
Jadi orang juga akan selalu bertanya. How to do it?,” tukasnya.
Diberitakan sebelumnya,
bakal calon presiden (bacapres) dari koalisi perubahan, Anies Baswedan
membandingkan pembangunan infrastruktur jalan era kepemimpinan Presiden Joko
Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Awalnya, Anies mengakui
bahwa pembangunan infrastruktur jalan era pemerintahan Presiden Jokowi menjadi
paling terpanjang dibandingkan kepemimpinan sebelumnya.
Namun, Eks Gubernur DKI
Jakarta itu menyoroti bahwa mayoritas infrastruktur jalan yang dibangun era
Jokowi merupakan jalan berbayar.
“Pemerintahan kali ini
berhasil membangun jalan tol terpanjang dibandingkan periode-periode
sebelumnya. 63 persen jalan tol berbayar yang berada di seluruh Indonesia itu
dibangun di era pemerintahan sekarang. Sepanjang 1.569 kilometer dari total
2.499 km itu adalah jalan berbayar,” kata Anies saat memberikan orasi politik
di hadapan ribuan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam acara milad ke-21
PKS di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Namun, kata Anies,
jalan-jalan yang tak berbayar atau gratis yang dibangun di era Presiden Jokowi
justru dinilai sangat sedikit. Padahal, jalan tersebut dipakai untuk mobilitas
penduduk dari sudut desa ke perkotaan.
“Jalan yang tak berbayar
yang digunakan oleh semua secara gratis yang menghubungkan mobilitas penduduk
dari sudut sudut desa ke perkotaan yang membawa produk-produk pertanian, produk
pertanian, produk perikanan dari sentra-sentra tempat mereka dihasilkan ke
wilayah-wilayah pasar baik jalan nasional, jalan provinsi, atau pun jalan
kabupaten terbangun 19.000 kilometer di pemerintahan ini,” ungkap Anies.
Anies pun membandingkan
pembangunan jalan yang tak berbayar di era Jokowi dengan era SBY. Bahkan, kata
dia, SBY unggul lebih dari tujuh kali lipat dari Jokowi.
“Kalau coba saya
bandingkan dengan pemerintahan 10 tahun yang lalu di jaman presiden pak SBY
jalan tak berbayar yang dibangun adalah sepanjang 144.000 atau 7 setengah kali
lipat,” jelasnya.
“Bila dibandingkan dengan
jalan nasional, di pemerintahan ini membangun jalan nasional sepanjang 590 Km
di 10 tahun sebelumnya 11.800 Km 20 kali lipat. Kita belum bicara mutu, kita
belum bicara standar dan lain-lain, kita bicara panjangnya,” sambungnya.
Lebih lanjut, Anies
menambahkan seharusnya pembangunan infrastruktur harus memberikan keberpihakan
kepada masyarakat kecil. Khususnya, pembangunan jalan yang tak berbayar atau
gratis bagi masyarakat Indonesia.
“Infrastruktur yang bukan
hanya untuk sebagian tetapi infrastruktur untuk semuanya,” imbuhnya.
Relawan Ganjar Laporkan
Anies ke Bareskrim
Mabes Polri menolak
laporan dari relawan Ganjar Pranowo bernama Ganjar Pranowo (GP) Centre saat
mendampingi seorang masyarakat bernama Harris Mutaqqin terhadap Anies Baswedan.
Laporan tersebut terkait
pernyataan Anies Baswedan yang membandingkan infrastruktur jalan era Joko
Widodo (Jokowi) dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kita tadi sudah
berdiskusi panjang dengan penyidik, bahwa hari ini kami ada progres dari
pengaduan dugaan Anies Baswedan melakukan pembohongan publik,” kata Ketua
Harian DPP GP Centre, Thomas Djunianto kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta,
Selasa (23/5/2023).
Meski begitu, laporan
tersebut belum diterima oleh pihak kepolisian lantaran masih kekurangan bukti.
“iya belum ada (surat
laporan) karena datanya belum cukup pointnya,” ucapnya.
Sementara itu, Sekertaris
Jenderal DPP GP Centre, Bima Muttaqa mengatakan laporan ini dibuat bukan untuk
menjegal Anies yang diusung oleh Koalisi Perubahan tersebut.
“Bahwa, maksud tujuan kita
disini bukan untuk menyerang Anies atau menjegal Anies untuk menjadi Presiden.
Tapi kami disini, mendampingi kawan kita bertujuan untuk menegakkan hukum,”
jelasnya.
Bima mengatakan pernyataan
Anies soal hal tersebut dinilai telah membuat kisruh khususnya di media sosial
hingga terjadinya perpecahan antar relawan.
“Artinya gini, masyarakat
kalau menurut saya ini menjadi pembohongan dan pembodohan juga karena data yang
ditampilkan dan diucapkan itu tidak benar,” ucapnya.
Lebih lanjut, GP Centre
akan kembali lagi ke Mabes Polri untuk membuat laporan tersebut saat barang
bukti sudah lengkap.
Komentar
Posting Komentar